Halaman

Kamis, 04 April 2013

Qoutes from Books : Darwis Tere Liye

Konbanwa minna-san
O-genki desu kan?

Lama San ndak ngisi blog ini. Jadi malu. Gomen ne~. Lagi sibuk nih #alasanSan suka baca novel dan salah satu penulis yang San suka itu Darwis Tere Liye. Menurut San, Novel Om Tere itu penuh cerita yang bervariatif selain itu banyak pelajarang tersirat yang bisa di ambil dari Novel-novel Om Tere ini. Pada tahu film Hafalan Sholat Delisa kan? Nah, itu Novel Om Tere yang di buat film. Ada juga Bidadari-Bidadari Surga dan Moga Bunda Di Sayang Allah. Nah Novel itu juga udah di buat film loh.San bagi beberapa qoutes dari Om Tere. Nah ini dia ....


— Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah"
“Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kautikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kauinjak, helai daun barunya semakin banyak.” 



“Anak laki-laki yang baik tidak pernah meneriaki wanita apalagi membuatnya sedih dan tersakiti.” 
--Tere Liye, novel ‘Ayahku (bukan) Pembohong’

"Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu. Bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu jauh lebih absurd daripada seorang wanita terabsurd sekalipun"
--Tere Liye, novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

"Orang yang memendam sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu waktu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul nyata dan mana simpul yang dusta." 
--Tere Liye, novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

”Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.


Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. 
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.“

(I)
Rasa nyaman membuat orang-orang sulit berubah. Padahal, boleh jadi, meski di luar sana hujan badai, kesempatan lebih baik telah menunggu. 
(II)
Rasa takut juga membuat orang-orang sulit berubah. Padahal, boleh jadi, ketakutan itu dibuat-buat oleh diri sendiri yang memang enggan berubah. Sedangkan, kesempatan yang lebih cemerlang telah menunggu untuk dijemput.
--Tere Liye, Novel "Moga Bunda Di Sayang Allah"

Tidak ada yang lebih indah dibanding masa muda. Ketika kau bisa berlari secepat yang kau mau,bisa merasakan perasaan sedalam yang kauinginkan, tanpa takut terkena penyakit fisik atas semua itu. Maka manfaatkanlah dengan baik masa-masa terbaik tersebut.”
— Novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" - Tere Liye

“Dia membenciku? Entahlah. Tak mungkin orang membenci tapi masih rajin bertanya. Atau memang ada jenis benci baru dalam kehidupan?" 
--Tere Liye, novel  Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Urusan ini sebenarnya amat sederhana. Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.
--Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya"

“Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik. 
Padahal saat itu ia tahu kalau itu hanya bualan perasaannya, maka saat itulah hatinya akan hancur berkeping-keping. Patah hati! menuduh seseorang itu mempermainkan dirinya. Lah, siapa yang mempermainkan siapa, coba ?”
— Tere Liye - Berjuta Rasanya


“Aku tidak akan merendahkan kehormatan wanita dengan memegang tangannya.”

-- Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah"

“Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, dan sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana mengendalikan perasaan.”

"Kalau kita ingin punya pintu kemana saja milik Doraemon, sebenarnya mudah. Banyak-banyaklah membaca buku, itu juga jendela ajaib kemana saja.
Bedanya dengan punya Doraemon, punya kita nyata, kongkret, bukan sekadar serial kartun. Sungguh tidak akan merugi orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan membaca buku."
--Tere Lije


"Perasaan itu cepat sekali berubah, bahkan bisa lebih cepat dibanding hujan jadi cerah, cerah jadi hujan. Dan saat perasaan berubah jadi hujan, bahkan bisa lebih banyak geledek, petirnya."
--Tere Lije

Nah, terbukti kan! Mau lebih lengkap baca aja buku-buku Om Tere. Oh ya, kapan-kapan San akan ngupas atau review tentang buku. San pengin punya koleksi buku-bukunya tapi liat dompet waduh. Pinjem ke ほけんしつ(baca : hoken shitsu, perpustakaan )aja deh. ^^



"Buku adalah kumpulan lembaran yang berisi segala kenangan yang ada di dalamnya dengan cara tersirat"

-San Hikari-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar